Malam yang dingin. Langit sangat gelap, tak ada cahaya setitikpun dari angkasa. Tumpukan salju di luar sana sepertinya akan bertambah tebal malam ini. Badai salju akan segera tiba dengan cuaca seperti ini. Semua orang mengurung dirinya di rumah masing-masing. Tak ada yang keluar malam ini. Semua mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terjadinya badai salju. Jalanan sepi, hening tanpa suara. Setiap hewan telah dikurung dalam kandangnya. Anjing-anjing sudah masuk dalam rumah. Setiap keluarga memilih berkumpul bersama di depan perapian sambil menikmati hidangan kue kering dan teh yang hangat. Tak terkecuali keluarga Van Goor.
Dalam ruang tengah rumah tersebut, ada lima orang yang berkumpul di dekat perapian. Mereka adalah seorang anak laki-laki berumur tujuh tahun, seorang anak perempuan berumur sembilan tahun, dan dua remaja laki-laki kembar berumur tujuh belas tahun, serta seorang kakek renta. Tuan Van Goor sedang memeriksa keamanan rumah saat itu. Dan nyonya Van Goor sedang mempersiapkan makanan.
“Kakek, ceritakan sebuah dongeng untuk kami!” pinta Ruud, si anak lelaki tadi.
“Ya, malam ini sangat membosankan!” timpal Nicoleta, si anak perempuan.
“Kalian mau cerita seperti apa?” tanya si kakek.
“Yang pasti jangan cerita dongeng anak-anak!” jawab Edvard, salah seorang kembar.
“Kami sudah tujuh belas tahun, Kakek.” sambung Edgard, kembar satunya.
“Baiklah, akan kuceritakan sebuah cerita yang mengerikan.” akhirnya si kakek mulai bercerita. Ruud, Nicoleta, Edvard dan Edgard merapikan duduknya. Mereka mulai serius mendengarkan.
“Ingat, ini bukanlah sebuah dongeng, ini adalah kenyataan. Dahulu ada beberapa manusia yang terobsesi dengan kemampuan serigala. Mereka kemudian melakukan berbagai cara untuk menjadi serigala. Sampai akhirnya seorang bernama Peter Stubbe di Bedburg, Jerman pada tahun 1591 tertangkap dalam wujud manusia serigala. Dialah yang kemudian menjadi manusia serigala pertama.
“Kemudian manusia-manusia serigala terus bermunculan. Kasus pertama, sekelompok pemburu melakukan perburuan rubah. Mereka menempatkan seekor kuda mati sebagai umpan. Tapi kemudian yang muncul bukanlah rubah seperti yang mereka mau, namun seekor manusia serigala! Mereka langsung menembakinya secara spontan. Serigala tadi tidak sempat melindungi dirinya dan dia pun jatuh. Para pemburu lalu mendatangi rumah orang yang mereka curigai sebagai manusia serigala, dan mereka menemukannya terbaring di tempat tidur dengan luka-luka tertembak peluru.
“Kasus kedua, seorang wanita muda yang suaminya sering meninggalkannya tanpa alasan. Suami wanita ini kemudian dicurigai sebagai manusia serigala. Suatu hari, saat mereka berdua sedang bekerja di kebun, si pria meninggalkan si wanita. Tiba-tiba, seekor serigala muncul dari semak-semak, berlari menuju wanit tadi. Dia merobek rok merah milik wanita tadi dengan giginya, dan melukai punggung wanita tadi dengan cakarnya. Wanita tadi berteriak-teriak meminta pertolongan. Anehnya, serigala itu ketakutan dan lalu kembali berlari dan menghilang di balik semak-semak.
“Kemudian suami wanita tadi muncul kembali dari semak-semak yang sama dengan tempat serigala tadi menghilang. Wanita tadi langsung menceritakan kejadian mengerikan yang menimpanya tadi. Si pria hanya tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Tapi, si wanita melihat ada yang aneh. Di gigi pria tadi terselip sobekan rok merahnya. Wanita tadi melaporkan suaminya kepada hakim setempat. Dan suaminya dihukum dibakar sampai mati.
“Kasus ketiga, seorang penebang kayu bekerja di hutan bersama saudaranya. Mereka lalu bekerja terpisah. Tiba-tiba si penebang kayu tadi diserang seekor serigala. Dia langsung membela diri dengan menyerang serigala tadi dengan kapaknya. Serigala tadi terluka di kaki kanan depan. Dan dia pun mundur, menghilang dalam kegelapan hutan. Malamnya, si penebang kayu menemukan saudaranya berbaring dengan tangan kanan disembunyikan. Dia memaksa untuk melihatnya dan menemukan sebuah luka di lengan kanannya, luka yang sama dengan luka serigala tadi. Si penebang kayu melaporkan saudaranya dan saudaranya dibakar oleh warga sampai dia mati.
“Kemudian, puluhan tahun yang lalu, tempat ini diserang oleh beberapa manusia serigala. Setiap malam dua sampai tiga orang mati misterius dengan luka gigitan dan cakaran di tubuhnya. Sampai suatu ketika, seorang pria bernama Staniszlav Daroczy datang dan menumpas kawanan manusia serigala tersebut. Setiap malam, tergeletak satu mayat manusia serigala di jalanan yang sama. Malam ketiga, hanya tergeletak sebuah lilin di jalanan itu. Secarik kertas dengan percikan darah disekitarnya ditemukan bersama lilin itu.
“Diatasnya tertulis, Jangan matikan api ini, atau mereka akan kembali. Sejak saat itu lilin tadi tak pernah padam apinya seperti yang bisa kalian lihat di monumen di jalan sana. Dan api itulah yang menahan agar para manusia serigala tadi tidak bisa kembali lagi ke Devavanya.” Kakek menghentikan ceritanya sejenak untuk mengambil nafas. Wajah Edvard tiba-tiba berkerut saat mendengar isi kertas tadi. Kemudian kakek melanjutkan cerita tadi.
“Ingatlah cucu-cucuku, apapun yang terjadi, jangan pernah kalian menyentuh atau bahkan mematikan api yang ada di lilin itu. Atau kalian akan mengalami hal yang sangat buruk. Lebih buruk dari hal terburuk yang pernah kalian alami selama ini…” kakek mengakhiri ceritanya dengan wajah sangat serius. Ruud tampak ketakutan dan memeluk Nicoleta yang juga ketakutan. Edgard mendengarkan tanpa ekspresi. Dan Edvard, keningnya berkerut, sepertinya ada yang dia pikirkan sekarang.
“Nah, sudah cukup ceritanya. Sekarang ayo makan ini. Edvard, panggilkan ayahmu untuk bergabung disini.” Valentina Van Goor datang memecah suasana. Ruud dan Nicoleta langsung memeluk ibu mereka. Edgard hanya tersenyum lalu makan kue bersama kakeknya. Edvard berdiri kemudian berlalu untuk menjemput ayahnya. Dalam otaknya masih berkecamuk berbagai pikiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar